Tentukan dua kata kunci atau entri di bidang sastra yang ingin kalian cari informasinya di antara enam kategori informasi di dalam Ensiklopedia Sastra Indonesia. Tulislah kata kunci tersebut melalui Ensiklopedia Sastra Indonesia. Tuliskan keterangan dari paragraf pertama entri tersebut seperti di dalam tabel seperti contoh berikut ini.

Tentukan dua kata kunci atau entri di bidang sastra yang ingin kalian cari informasinya di antara enam kategori informasi di dalam Ensiklopedia Sastra Indonesia.

Tulislah kata kunci tersebut melalui Ensiklopedia Sastra Indonesia. Tuliskan keterangan dari paragraf pertama entri tersebut seperti di dalam tabel seperti contoh berikut ini.

Jawaban:

a. Arena

Majalah Arena adalah majalah kebudayaan yang diterbitkan pertama kali tanggal 1 Mei 1955 oleh penerbit Firma Pustaka Maju, Jalan Sutomo P. 342, Medan, Sumatra Utara dengan moto “Segar Bernilai dan Populer.”

Pada tahun 1957 motonya berubah menjadi “Untuk Politik, Kebudayaan dan Pengetahuan Umum”.

Majalah Arena terbit dua kali sebulan (dwimingguan) dengan ukuran 21 x 28 cm. Jenis kertas yang digunakannya, baik untuk halaman isi maupun halaman sampul, adalah kertas koran.

Harga majalah ini per eksemplar Rp3,50 dan untuk luar negeri Rp4,00. Harga langganan per kuartal (6 nomor) Rp20,00. Cara berlangganan membayar 3 bulan di muka dan setelah uang diterima akan dikirim majalahnya.

Rubrik yang terdapat dalam majalah Arena ini bermacam-macam, yaitu olahraga, politik, ekonomi, sosial, sastra, pendidikan, adat istiadat, agama, dan biografi.

Tahun 1957 rubrik dalam majalah itu sudah berkurang, yang masih ada ialah rubrik politik, kebudayaan, pengetahuan umum, dan sastra.

Ruang khusus sastra berjudul “Sipongang” memuat puisi, cerita pendek, cerita bersambung, drama, dan kritik esai secara rutin.

Editor di bidang sastra adalah Asri Muchtar dan Marzuki Markiman.

Selain itu, untuk memberikan kesempatan kepada pembaca menyampaikan gagasannya, majalah Arena menyediakan ruang khusus untuk pembaca (surat pembaca).

Penulis “surat pembaca” tersebut berasal dari kalangan masyarakat terpelajar dari berbagai kota, seperti Lhok Seumawe, Riau, Bukittinggi.

Kemudian ada juga Padang, Solok, Jakarta, Bogor, Bandung, Cirebon, Malang, Makassar, Manado, Kutoarjo, Bukittinggi, Medan, Malang, dan Ambon.

b. Badai Laut Selatan

Badai Laut Selatan merupakan cerita silat karya Kho Ping Hoo yang diterbitkan di Solo oleh penerbit Gema, tahun 1969.

Format buku dibuat dalam ukuran mini-saku, sebanyak 39 jilid, jenis kertas stensil/koran, ukuran 10 x 13 cm, tiap volume/jilid berjumlah 64 halaman. Oplah buku itu sekitar 12.500 eksemplar.

Dalam cerita tersebut tidak ada pembagian bab sebagaimana dikenal pada cerita-cerita panjang lainnya.

Perpindahan peristiwa dapt diketahui lewat kalimat-kalimat pengantar, seperti Sementara itu, Kita tinggalkan dulu …, Sang Waktu melesat cepat sehingga tanpa disadari …, langsung pelukisan peristiwa, atau lewat hadirnya tiga tanda baca asteris.

Kho Ping Hoo menghasilkan dua jenis cerita silat, yaitu cerita silat Indonesia/Jawa dan cerita silat Cina.

Badai Laut Selatan termasuk dalam kategori cerita silat (sejarah) Indonesia/Jawa.

Cerita itu bertemakan hancurnya kejahatan oleh kebajikan yang dijabarkan ke dalam berhasilnya balas dendam terhadap pemerkosa serta gagalnya usaha para pemberontak merebut kekuasaan di Kerajaan Kahuripan.

Dalam cerita silat itu diungkapkan ihwal cita-cita Prabu Airlangga untuk menyatukan kerajaan-kerajaan kecil ke dalam satu kerajaan Nusantara, yaitu Kahuripan.

Cita-cita seperti itu mendapat banyak tantangan. Beberapa wilayah taklukannya diam-diam menyusun kekuatan untuk melakukan pemberontakan dan merebut kekuasaan.

Salah satu wilayah yang hendak memberontak ialah Kadipaten Selopenangkep di bawah pimpinan Adipati Joyowiseso.

Related posts